WEBTOON KANVAS
CERITA KREATOR
Mulai dari Lokal, Hingga Go International!

Tim KANVAS
22 MEI, 2024

Siapa, sih, yang tidak tahu Chairunnisa? Kreator dari dua yang judul tidak mungkin tidak dikenal oleh pembaca setia LINE WEBTOON sejak tahun 2017: ‘Matahari ½ Lingkar’ dan ‘JOYFul Delight’. Chairunnisa dikenal dengan gaya cerita yang hangat dan manis. Pada tahun 2024, Chairunnisa kembali sebagai pengadaptasi (scriptwriter dan storyboard artist), membawa cerita baru dari adaptasi novel web Korea dengan judul ‘Our Secret Marriage’ yang merupakan kisah romantis dewasa dan cukup berbeda dengan karya-karya sebelumnya.
1. Halo, Chairunnisa! Pertama-tama boleh nggak cerita, bagaimana kamu mendapatkan kesempatan untuk bekerja sebagai storyboard artist untuk proyek adaptasi Our Secret Marriage? Dan kapan dimulai prosesnya?
Awalnya aku di-approach oleh editor untuk mencoba ikut pitching webnovel adaptasi Korea. Saat itu aku pikir, kenapa tidak? Karena itu adalah sebuah pengalaman dan kesempatan yang sayang untuk dilewatkan dan aku pun akan mendapatkan pelajaran berharga nantinya. Desember 2022/Januari 2023
Pada awalnya aku ikut tes-nya dulu. Aku diberi script asli webnovelnya. Dari script itu aku harus memberikan sinopsis keseluruhan adaptasi webtoonya, kemudian mentransformasikannya menjadi script adaptasi tiga episode awal, dan terakhir menjadikannya storyboard 3 episode awal.
Setelah itu aku dapat kabar sekitar satu bulan. Tentu aku happy banget mendengarnya, berarti aku diberi kepercayaan dari LINE WEBTOON Indonesia.
2. Bagaimana kamu menafsirkan cerita dan karakter dari webnovel asli ke dalam gambar-gambar dalam storyboard? Apakah ada elemen khusus dari budaya Korea Selatan yang harus kamu perhatikan?
Biasanya aku mulai membaca dulu sebagian besar episode dan chapter untuk webnovel untuk memahami seperti apa plotnya. Dan dari situ aku bisa memahami karakter-karakternya, karena aku jadi bisa melihat seluruh sikap karakternya yang bisa aku tetap bawa ke dalam webtoon. Karena menurutku, ada sebagian sikap karakter yang hanya bisa stay di webnovelnya saja. Contohnya sikap karakter Junyoung yang memberi ‘hukuman’ di novel, sepertinya kurang cocok untuk pembaca webtoon.
Selain itu banyak banget budaya Korea Selatan yang harus diperhatikan, seperti, gelar; tingkat kekayaan Junyoung, apakah dia chaebol atau bukan?; rumahnya seperti apa, mansion mewah atau tidak.
Kemudian untuk Yoonseol dan Seokhyun sendiri, aku harus memahami seperti apa pakaian anak kuliah di Korea Selatan? Lebih bebas atau formal seperti di Indonesia. Untungnya, mencari referensi sekarang sudah sangat mudah. Bisa mencari di webtoon serupa atau drama
3. Apa yang menjadi tantangan terbesar dalam mentransformasikan narasi webnovel Korea ke dalam bentuk storyboard?
Tantangan terbesarnya tentu karena ini adalah cerita milik orang lain dan sudah punya pembaca webnovel aslinya. Jadi rasanya seperti ada beban tersendiri untuk memenuhi ekspektasi. Misalnya, apakah kalau aku ubah adegan ini, akan jadi lebih bagus atau tidak, penulisnya kira-kira suka tidak?
Selain itu, karena settingnya bukan Indonesia, kadang ragu apakah setting yang aku buat benar. Dan bagaimana membuat perbincangan yang natural antara karakter yang merupakan orang Korea.
Tantangan lainnya, adalah memperhalus transisi adegan. Ditambah perbedaan kadar romance. Dari karya-karyaku sebelumnya, aku lebih terbiasa dengan sweet romance, sementara Our Secret Marriage adalah mature romance yang di luar zona nyamanku. Jadi aku harus mencari jalan tengah antara sweet dan mature romance.
4. Bagaimana kamu mengembangkan karakter Yoonseol dan Junyoung dari versi webnovel ke versi komik?
Sebenarnya, aku tidak terlalu banyak melakukan perubahan. Aku mencoba mengacu pada cara penulis asli menceritakan karakternya, jadi yang kulakukan hanya menyesuaikan sedikit saja.
Penyesuaian yang aku lakukan adalah mengubah sifat Junyoung yang terlalu dominan dalam hubungan mereka di cerita aslinya. Ada permainan hukuman yang aku sendiri kurang nyaman membuatnya.
5. Bagaimana kamu berkolaborasi dengan tim kreatif lainnya, seperti editor dan ilustrator, dalam proses pembuatan storyboard ini?
Sejauh ini, proses membuat OSM menyenangkan, setelah aku memberikan storyboard, editor dan tim Korea memberi feedback. Kalau ada yang aku ragu, kami bisa berdiskusi dengan baik dan selalu mencari titik tengahnya.
Setelah itu, dilanjutkan kepada VBi, ilustrator dan asistennya Pehhh. Kami juga dibantu bg artist, Rain, yang dikenalkan dari editor. Menurutku, proses dengan OSM berat di episode awal karena harus menciptakan episode yang menarik pembaca. Tapi setelah itu, prosesnya berjalan lebih ringan karena ini merupakan kerja tim, aku bisa fokus di storyboard, sementara masing-masing memiliki porsi kerjanya sendiri untuk menciptakan hasil yang bagus. Kalau pun ada kesulitan, kami tinggal diskusi melalui chat.
6. Bagaimana kamu menyeimbangkan antara mempertahankan integritas cerita asli dengan memberikan sentuhan kreatif pribadi dalam pembuatan storyboard?
Memang sudah umum untuk para pekerja sini memiliki idealisme yang tinggi. Hanya saja, akan ada saatnya kami bekerja dengan klien, jadi harus menyesuaikan keadaan.
Untuk sentuhan kreatif sendiri, sebagai storyboard artist harus dapat menangkap cerita secara keseluruhan sehingga kita paham dalam mengarahkan vibes dan emosi. Tapi kita tetap harus tau adegan-adegan yang tidak mungkin dihilangkan karena adegan yang dapat menunjukkan karakter Our Secret Marriage. Jangan sampai egois karena ini adalah cerita orang lain.
7. Bagaimana kamu memilih sudut pandang dan komposisi visual dalam setiap panel storyboard untuk memastikan kejelasan narasi dan ekspresi karakter?
Untuk membuat satu episode storyboard, aku membaca berulang kali untuk bisa membuat script singkatnya. Bahkan aku bisa baca sampai 3-4 kali untuk bisa membayangkan seperti apa adegannya, emosinya, dan susunan panelnya.
Setelah itu, aku terjemahkan hasil pemikiranku ke dalam bentuk panel. Hal penting yang harus diperhatikan adalah pengambilan sudut pandang. Karena melalui sudut pandang, dapat terlihat karakter yang mana yang difokuskan, situasi apa yang mau ditonjolkan, atau mungkin justru kita ingin memfokuskan kepada setting-nya.
Ukuran panel pun juga penting untuk menunjukkan kepentingan adegan. Kalau ada suatu adegan yang merupakan pusat dari episode, aku akan membuatnya dalam panel yang lebih besar, biasanya aku sebut sebagai ‘panel lepas’.
Paneling juga penting untuk membuat flow atau aliran membaca yang tidak membuat pembaca bingung, dan kadang masih cukup banyak komikus yang luput dalam hal ini. Ada hal dari dosenku yang masih aku terapkan hingga sekarang, yaitu menganggap pengambilan sudut pandang sebagai kamera. Kita tidak bisa langsung mengambil sudut pandang yang berseberangan. Misalnya jika seorang karakter berlari ke kanan, sebaiknya panel berikutnya jangan mengambil dari kiri, karena nanti pembaca akan mengira karakter tersebut berbalik arah. Solusinya adalah mengambil sudut depan dulu baru boleh menyorot arah berlawanan.
8. Apakah kamu melakukan penyesuaian tertentu dalam mempercepat atau memperlambat alur cerita dalam proses pengadaptasian ke format storyboard? Apakah ada cara khusus yang kamu gunakan untuk mempertahankan ketegangan pembaca?
Seperti yang sebelumnya aku lakukan, aku tetap harus baca berkali-kali episodenya. Kemudian aku akan menambahkan plot twist, mungkin plot twist tersebut bisa dari cerita asli webnovelnya. Kemudian di akhir episode, adegannya harus membawa pembaca penasaran ke episode selanjutnya. Jadi hindari mengakhiri adegan tensi yang turun. Atau alternatif lainnya, kita bisa menggunakan dialog yang mencengangkan untuk mengakhiri episode.
9. Bagaimana kamu menangani adegan atau elemen cerita yang mungkin sulit untuk ditransformasikan ke dalam format visual dalam storyboard?
Kuncinya adalah harus mencari referensi, aku paling banyak mencari referensi melalui pinterest. Jadi awalnya aku mencari dulu referensi dari komik-komik yang serupa kadar romance-nya. Kemudian aku lanjutkan dari pinterest untuk mencari sudut pandang dan ekspresi.
10. Untuk referensi visual para karakter, adakah aktor atau aktris yang kamu gunakan?
Untuk Yoonseol dan Junyoung sendiri agak sulit mencari aktris atau aktor serupa. Tapi meski belum ada yang sesuai bayangan, sekarang sudah banyak aktor yang tegap dan tinggi, sesuai dengan Junyoung. Justru aku malah terbayang aktor Seo Kangjun sebagai Seokhyun.
11. Apakah kamu mempertimbangkan preferensi atau tren pasar Indonesia dalam mengatur alur cerita atau desain visual dalam storyboard?
Sebenernya untuk alur cerita aku tetap mencoba menggunakan signature milikku sendiri. Mengikut pasar tentu saja penting dan aku coba terapkan, tapi kalau terlalu mengikuti pasar, nanti alurnya akan lebih mudah ditebak pembaca.
Lebih mudah menyesuaikan pasar dalam arahan visual storyboard. Dari judul-judul serupa aku bisa mencari kesimpulan, seperti apa visual yang disukai pembaca. Misalnya kalau romance, menggunakan bunga-bunga di adegan mesra Junyoung dan Yoonseol, atau kelap-kelip di adegan yang ingin menunjukkan ketampanan Junyoung.
12. Apakah kamu memiliki proses revisi atau iterasi dalam pembuatan storyboard? Bagaimana kamu menangani feedback dari WEBTOON dalam proses ini?
Feedback bukanlah suatu masalah besar, karena pasti akan ada revisi. Karena secara umum, klien akan memiliki sudut pandang dari mereka sendiri. Jadi jangan merasa tersinggung kalau memang ada revisi, karena akan ada sudut pandang masing-masing.
13. Bagaimana kamu memastikan bahwa storyboard kamu dapat menjadi panduan yang jelas bagi tim produksi selanjutnya, seperti ilustrator, dalam mengembangkan webtoon?
Karena bekerja di tim, aku berusaha untuk jangan sampai menyusahkan anggota tim yang lain. Informasi ditulis sejelas-jelasnya, seperti nomor panel, jadi mudah untuk direvisi. Selain itu nomor panel juga mempermudah juga tracking jumlah panel, kalau terlalu banyak ilustrator akan kesulitan.
Kalau ada referensi tempat atau baju yang ingin dipakai oleh tokohnya, beri informasi ke ilustratornya. Nanti ilustrator akan menyesuaikan lagi.
Contoh lainnya, misalnya ada adegan yang mau ditonjolkan, harus ditulis (contoh: buat Junyoung ganteng, dengan bunga-bunga, harus keren!). Atau beri catatan ‘blur orang-orang lainnya’ untuk fokus ke satu karakter.
Selain info referensi, aku juga menganggap anatomi/pose itu penting, untuk memudahkan ilustrator agar tidak terlalu berbeda hasil akhirnya. Karena banyak yang mengira storyboard hanyalah coret-coretan kasar, padahal storyboard adalah kerangka setiap episode.
14. Bagaimana respon pembaca terhadap komik adaptasi ini? Apakah kamu mendapat feedback yang berbeda dari karya kakak sebelumnya?
Sejauh ini, aku senang sekali Our Secret Marriage mendapat reaksi sangat positif dari pembaca. Tapi, masih banyak pembaca yang bingung apakah ini webtoon Korea Selatan atau Indonesia. Mungkin ada beberapa pembaca yang sadar karena open call. Membaca reaksi pembaca itu jadi bikin lebih semangat.
15. Apa yang kamu harapkan dari pembaca terhadap adaptasi Our Secret Marriage?
Tentunya aku ingin pembaca mengikuti cerita Yoonseol dan Junyoung sampai tamat. Semoga dukungan untuk komik Indonesia dari pembaca semakin meningkat. Karena aku juga ingin menunjukkan kualitas komik Indonesia pun tetap bagus meski adaptasi.
16. Apa yang kamu harapkan dari sesama kreator terhadap peluang-peluang adaptasi ke depannya?
Untuk kesempatan seperti ini, jangan takut. Tidak masalah untuk diambil sebagai pengalaman. Dari sini juga, kita bisa jadi lebih paham seperti apa pasar webtoon, bekerja sama dengan klien, berlatih mengatur timeline dan membiasakan diri untuk kerja punya timeline. Karena sebagian besar kami freelance jadi kadang timeline kami tidak teratur.
Selain itu, kesempatan ini bagus banget untuk mengembangkan diri karena mengerjakan cerita milik orang lain, tentu akan keluar dari zona nyaman dan harus beradaptasi. Jadi jangan takut untuk mencoba! :D
